Ternyata memang benar jadi ibu rumah
tangga menyenangkan jika kita dapat menyiasati semua kondisi keseharian
dengan bijaksana dan arif, yang terpenting lagi harus super sabar.
Ceritaku dimulai dari 5 tahun yang lalu, tepatnya April 2006, kala itu
panggilan akrabku adalah bu guru, kuawali karir kerjaku sebagai seorang
guru, tanpa ada ragu sedikitpun dihati untuk menjadi salah satu
pahlawan tanpa tanda jasa ini. Alhamdulillah tanpa menunggu lama dari
kelulusanku, aku diterima kerja sebagai salah satu tenaga pengajar di
sebuah MTs Negeri di Surabaya. Ku yakinkan niat untuk menuai tugas
mulia walau diawal karir gaji belum seberapa. Aku harus menghadapinya
bagaimana seharusnya aku, sempat tidak tahu harus berfikir apa untuk
melanjutkanya. Tidak terasa hampir 5 tahun lebih kuabdikan diri disana
dengan penuh kesabaran karena memang seorang guru dituntut untuk
memiliki multi talenta dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada
baik yang berhubungan dengan siswa atau dengan teman kerja.
Di penghujung 2008 aku
menemukan jodohku yang sempat kuhindari karena ketidaksiapan dirinku
untuk menikah di usia yang lumayan orang awam pasti akan mengatakan
perawan tua, tapi ternyata sekarang dia suamiku telah 3 tahun
menemaniku menjalani hari-hari. Tak terasapun aku dikaruniai 2 orang
putri yang cantik dan sempurna. Selama karirku di sekolah itu, aku
tidak pernah ketinggalan prestasi, menjabat wali kelas tiap
tahunnya,padahal aku adalah seorang guru tidak tetap tapi alhamdulillah
berkat keuletan dan dedikasiku serta tanggung jawab yang tidak gampang
aku dioercaya itu semua, sampai akhirnya aku dipercaya untuk mengelola
3 laboratorium sekolah tersebut sebagai kepala laboratorium. Itu adalah
masa yang paling membanggakan dalam karirku, karena tidak sembarang
guru non PNS dan PNS sekalipun yang dapat diamanati jabatan tersebut.
Sungguh membanggakan, tapi tidak dengan pernikahanku kala itu
alhamdulillah tidak semua pasangan pengantin muda langsung diberkahi
dengan diberi keturunan, aku salah satunya yang beruntung. Namun
ternyata dibalik keberuntungan itu, aku tidak dapat menjaganya dengan
baik, memasuki kehamilan bulan ke-2 aku mengalami keguguran, saking
senangnya hamil sampai tidak kusadari ternyata janinku tidak berkembang
dan sudah mengalami penyusutan massa pada minggu ke-8 dan telah mati di
dalam rahim selama 2 pekan, terpaksa harus dikeluarkan melalui currat.
Duka mendalam sempat menggelayutiku selama beberapa pekan, namun life
must go on. Alhamdullilah berjalan waktu, aku dikaruniai kehamilan
ke-2, setelah 3 bulan dari currat tersebut. Ini momen yang paling
membahagiakan sekaligus pilihan yang berat bagiku, karena di usia
kandungan 3 bulan, aku mendapat bea siswa ke Brunei Darussalam untuk
studi banding disana, namun yang Maha Kuasa berkehendak lain, suami
tidak mengijinkan karena peristiwa yang telah lalu. Namun berjalannya
waktu aku belajar untuk ikhlas menghadapi. Inti semua adalah anak,
bulan Februari 2010 putri pertamaku lahir kuberi nama dia Maryam dengan
harapan semoga iman dan keteguhan hatinya seindah dan sekuat bunda
Maryam yang mulia.
Enam bulan usia Mary tak
terasa, demi anakku aku pulang pergi sejauh 20 km dari rumah untuk
sekadar menyusuinya, dengan harapan semoga jerih payahku berbuah manis
dan legit di dunia terlebih di akhirat nanti. Juli 2010 kuputuskan
untuk keluar dari sekolahku demi Mary-ku yang cantik, bersamaan dengan
itu, sertifikasiku sebagai tenaga pengajar yang merupakan keharusan
sebagai seorang guru saat ini, keluar. Tapi sayang, pilihan telah ku
jatuhkan ke anakku, demi dia aku rela membuang semua yang pernah kuraih
dan pernah kuperjuangkan. Kini dua putri cantikku selalu menemani
hari-hariku, semakin mempercantik hidupku. Karunia keduanya tiada tara,
namun hidup memang tidak terus mulus, tidak selamanya mudah
menjalaninya. Setelah 1 tahun kutinggalkan karirku, sekarang mengusikku
kemali, rasa kebosanan dan kebimbangan untuk kembali berkarya di dunia
pendidikan tidak bisa kuhilangkan begitu saja. Di kehamilan ketiga
sangatlah bosan dan menjenuhkan karena aktivitas yang itu-itu saja.
Apalagi Mary semakin menunjukkan jati diri dan perkembangannya sebagai
manusia yang tumbuh, tidak bijaksana dan arif dalam menghadapinya, aku
sendiri yang terjengkal dan terpuruk oleh perasaanku sendiri. Aku tetap
belajar dan belajar untuk menjadi ibu yang seharusnya dan sepantasnya
bagi mereka. Namun jiwaku sangat memberontak, selama kehamilan,
kusibukkan diriku dengan membuat surat lamaran, sekedar iseng untuk
melamar ke instansi-instansi pendidikan. Tidak sedikit yang mendapat
panggilan, namun semua kuacuhkan, karena memang niatku yang tidak
pernah bersungguh-sungguh. Kecintaanku kepada tempat mengajarku yang
dulu membuatku sangat rindu ingin kembali, ternyata Allah berkehendak
lain, disaat aku kembali dipanggil untuk mengajar kembali di sekolahku
yang dulu,betapa begitu membahagiakan hatikuyang galau. Ternyata bapak
mertua dipanggil yang Kuasa untuk selamanya. Belum sempat untuk aku
pulang ke desa suami karena keadaanku yang tidak memungkinkan. Allah
memang Maha Segalanya,ternyata pesan terakhir bapak mertuaku yang
terkasih, beliau sangat menginginkanku untuk tetap berkarya di dunia
pendidikan yang telah membesarkan namaku dan menempa mentalku sebagai
manusia yang utuh. Saat ini aku masih dipercaya untuk mengajar di MTs
Negeri tersebut, memberi tambahan pelajaran untuk kelas unggulan, tanpa
melupakan Mary dan Fatul kecilku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar