Rabu, 29 Agustus 2012

Sejarah Sriwijaya

Persijatim Jakarta Timur yang berdiri tahun 1976 adalah cikal bakal klub yang saat ini disebut Sriwijaya FC. Awal tahun 2000-an dikarenakan alasan finansial Persijatim pindah ke Solo yang kemudian berganti nama menjadi Persijatim Solo FC. Disini nama Ferry Rotinsulu, Ismed Sofyan, Maman Abdurrahman hingga Wijay saat itu mulai muncul dan menjadi idola Stadion Manahan Solo.

Akan tetapi persoalan serupa kembali terjadi saat Persijatim Solo berpindah ke Palembang yang kemudian secara resmi pada 23 Oktober 2004 berdirilah Sriwijaya Football Club. Waktu itu kesepakatan dicapai melalui penandatanganan memory of understanding (mou) antara M. Zein selaku pemilik Persijatim Solo FC dengan Pemprov Sulsel yang diwakili oleh Gubernur Syahrial Oesman.

Semenjak berdiri Sriwijaya FC bisa dikatakan sebagai klub yang sehat secara manajemen dan finansial. Awal kiprahnya di Liga Indonesia Laskar Wong Kito harus berjuang dari bawah. Musim perdana di Liga Indonesia Laskar Wong Kito menempati posisi ke-9 klasemen wilayah barat Indonesia. Musim berikutnya peringkat ke-6 hingga akhirnya menjadi kampiun di tahun 2007. 

Sriwijaya adalah klub termuda di kompetisi Liga Indonesia yang berhasil menjuarai Liga Indonesia 2006/07. Ketika itu sebagian besar skuad juara adalah pemain bawaan dari Solo yang diasuh oleh tangan dingin Rahmad Darmawan. Musim itu juga Laskar Wong Kito mencetak double winner dengan predikat juara Copa Indonesia.

Rekor lain yang juga dipegang Sriwijaya ialah berhasil mencetak hattrick juara berturut-turut di ajang Copa Indonesia dari tahun 2008 hingga 2010. Sementara di sisi lain pencapaian Sriwijaya belum terlalu mengesankan di kancah Liga Champions Asia. Tahun 2009 sempat menembus babak 32 besar dan itu adalah raihan tertinggi karena pada tahun 2011 Laskar Wong Kito rontok di babak play-off.

Periode Oktober 2010 Sriwijaya FC menempati peringkat ke-221 klub di dunia oleh Federasi Sejarah dan Statistik Sepakbola Internasional (IFFHS)-sebuah lembaga yang diakui oleh FIFA. Peringkat itu bahkan mengalahkan klub yang bermain di liga-liga besar Eropa seperti Blackburn Rovers, Stoke City, Parma dan klub Asia lainnya. Selepas juara liga tahun 2007 Sriwijaya praktis hanya menempati posisi atas klasemen akhir ISL semisal peringkat ke-2 atau ke-3 namun kesan yang tidak hilang adalah mereka selalu muncul dengan predikat tim besar dan calon juara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar